CorakTafsir 'Ilmi (Ilmiah) Tafsir 'ilmi adalah penafsiran Alquran yang menggunakan pendekatan ilmiah atau menggali kandungan Alquran berdasarkan teori-teori ilmu pengetahuan. Tafsir ini berusaha keras untuk melahirkan berbagai cabang ilmu yang berbeda dan melibatkan pemikiran-pemikiran filsafat.
Al-Qurâan diturunkan oleh Allah kepada umat manusia sebagai huddan, furqan dan bayyinah. Kitab suci ini menjadi pedoman utama bagi umat Islam dalam setiap aspek kehidupannya. Namun dalam memahami Al-Qurâan, kita harus menemukan makna-makna yang terkandung dengan menafsirkan Al-Qurâan secara komprehensif. Upaya dalam melakukan penafsiran Al-Qurâan juga dilakukan agar umat Islam tidak kaku dan terlalu tekstualis ketika mempelajari Al-Qurâan. Muhammad Arkoun, seorang pemikir Aljazair kontemporer, mengatakan bahwa Al-Qurâan memberikan kemungkinan-kemungkinan arti yang tak terbatas. Kesan yang diberikan oleh ayat-ayatnya mengenai pemikiran dan penjelasan pada tingkat wujud adalah mutlak. Dengan demikian ayat selalu terbuka [untuk diinterpretasi] baru, tidak pernah pasti dan tertutup dalam interpretasi tunggal. Shihab, 1992 Karna posisi Tafsir sebagai suatu cara yang sangat urgent dalam memahami makna-makna Al-Qurâan; sehingga para ulama berlomba-lomba dalam mengembangkan ilmu penafsiran Al-Qurâan dengan berbagai variasi. Seperti salah satu contohnya dengan melalui berbagai metode dan corak penafsiran. Dengan latar belakang pemikiran di atas, maka masalah pokok yang ingin penulis bahas menyangkut dengan berbagai metode dan corak yang digunakan para ulama sehingga memudahkan mereka dalam mentafsirkan Al-Qurâan. Apa Itu Metode Penafsiran Al-Qurâan? Dalam bukunya, Shihab 1994 83 menjelaskan bahwa Al-Qu`rÄn adalah sumber ajaran Islam. Kitab Suci itu, menempati posisi sentral, bukan saja dalam perkembangan dan pengembangan ilmu-ilmu keislaman; tetapi juga merupakan inspirator, pemandu dan pemadu gerakan-gerakan umat Islam sepanjang empat belas abad sejarah pergerakan umat ini. Jika demikian itu halnya, maka pemahaman terhadap ayat-ayat Al-Qu`rÄn, melalui penafsiran-penafsirannya, mempunyai peranan yang sangat besar bagi maju-mundurnya umat. Syurbasyi 1999 231 menjelaskan bahwa secara umum, penafsiran Al-Qur`Än dapat di bagi atas dua bagian metode klasik dan metode modern. Namun di sini Penulis lebih memfokuskan dalam membahas metode modern/kontemporer yang sering digunakan oleh para mufassir pada dewasa ini, yaitu Metode ijmali {global, metode tahlili {analitis, metode muqarin {perbandingan, dan metode maudhuâI {tematik}. Karakteristik 4 metode Modern/Kontemporer Pertama. metode ijmali {global Dalam perkembangannya, tafsir dimulai sejak masa nabi dan para sahabat. Penafsiran pada masa itu dilakukan secara ijmali, maksudnya tidak ada rincian yang lebih spesifik. Karena metode ini, karakteristiknya yaitu hanya menjelaskan ayat Al-Qurâan dengan cara mengemukakan makna yang bersifat global atau ijmali dengan menggunakan bahasa yang ringkas dan sederhana sehingga mudah dipahami. Kedua. metode tahlili {analitis} Ini merupakan metode dengan penafsiran ayat demi ayat, surah demi surah, sesuai dengan rangkaian ayat yang tersusun di dalam Al-Qurâan. Maksud yang lebih luasnya yaitu metode ini lebih menekankan untuk menerangkan arti ayat-ayat Al-Qurâan dari berbagai seginya dan aspeknya, yaitu berdasarkan urutan-urutan ayat atau surah dalam Al-Qurâan, dengan lebih memunculkan kandungan lafadz-lafadznya, hubungan ayat-ayatnya, hubungan surah-surah nya, sebab turunnya, hadis-hadis yang berhubungan dengannya. Ketiga. metode muqarin {perbandingan Metode perbandingan yaitu suatu metode dengan cara menafsirkan sekolompok ayat Al-Qurâan yang membahas suatu masalah dengan cara membandingkan antara ayat dengan ayat; atau antara ayat dengan hadis baik dari segi isi maupun redaksi. Atau bisa juga antara pendapat-pendapat para ulama-ulama tafsir dengan lebih memperlihatkan perbedaan-perbedaan ulama dalam objek yang ingin dibandingkan. Keempat. metode maudhuâI {tematik} Berbeda dengan yang di atas, metode ini memiliki variasi tersendiri dalam menafsirkan Al-Qurâan yaitu dengan cara membahas ayat-ayat Al-Qurâan yang sesuai dengan tema maupun judul yang telah ditetapkan. Kemudian semua ayat-ayat yang berkaitan tersebut disusun dan dikumpulkan, selanjutnya dikaji secara lebih mendalam dan tuntas dari berabgai aspek yang terkait. Seperti contoh, asbab al-nuzul, kosa-katanya, dan lain sebagainya. Namun semua itu dijelaskan dengan rinci dan tuntas, dan harus didukung oleh dalil-dalil atau fakta-fakta yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, baik argumen yang berasal dari Al-Qurâan, hadis, maupun pemikiran ulama. Corak dalam Suatu Penafsiran Pada masa akhir dinasty umayyah, berbagai macam corak tafsir mulai banyak muncul. Sehingga khalifah pada saat itu, yaitu harun ar-rasyid memanfaatkan momenutum tersebut dengan memberikan perhatian yang lebih terhadap ilmu pengetahuan Islam. Dan dalam sisi lain ilmu Islam itu semakin maju dan berkembang dalam tengah tengah masyarakat Islam selama periode abad pertengahan. Di samping itu juga banyaknya orang orang yang menelisik bidang ilmu baru seperti ilmu fiqih, ilmu kalah, ilmu tasawuf, ilmu bahasa, fisalaft dan juga sastra. Maka karna banyaknya orang yang berkutat pada studi disiplin ilmu tersebut, sehingga lahirlah tafsir fiqihi, tafsir sufi, ilmi, falsafi dan berbagai macam ilmu lainnya. Jadi, corak tafsir itulah yang juga sebagai nuansa baru yang mewarnai berbagai macam penafsiran; dan menjadi suatu bentuk atau hasil dari pemikiran intelektuanya mufassir, ketika ia menafsirkan maksud-maksud ayat Al-qurâan. Corak-corak tafsir yang berkembang dan populer hingga masa modern yang telah dirangkum Shihab, 1992 Corak Lughawi. Corak penafsiran yang dilakukan dengan kecenderungan atau pendekatan melalui analisa kebahasaan. Tafsir ini biasanya dilatarbelakangi kajian yang terkait dengan gramatika ataupun ilmu alat atau yang kita kenal dengan istilah gramatika; hingga dengan kupasan kata perkata. Mulai dari asal dan bentuk kosakata mufradat, seperti tinjauan berbagai aspek seperti nahwu, sharaf, kemudian dilanjutkan dengan Qiraâat . Maka tak jarang para mufassir juga mencantumkan syair-syair arab sbagai landasan dan juga sbagai acuan. Contoh Kitabnya Tafsir jalalain karangan al-mahhali & al- suyuti. Mafatih al-Gharib karya fakhruddin ar-Razi. Corak filsafat Corak ini lahir diantara pemicu banyak munculnya kemajemukan berbagai penafsiran yang berbeda-beda adalah dan perkembangan kebudayaan dan meluasnya berbagai pengetahuan umat Islam. Maka bersamaan dengan itu juga pada kekhalifahan abasiyyah, banyak ditemukannya buku buku barat yang diadaptasi atau diartikan ke dalam bahasa arab. Di antara buku buku tersebut adalah buku buku filsafat yang kebanyakan berasal dari bangsa Yunani. Kemudian pada akhirnya itu yang dipakai oleh umat Islam dan dikembangkannya. Contoh kitabnya karangan Ibnu Rusyd âat-tahafut at tahafutâ Corak Fikih Corak fikih termasuk corak yang berkembang bahkan pernah dikatakan corak ini lebih terkenal dan populer ketimbang tafsir ayat al ahkam karna lebih terfokuskan kepada ayat-ayat hukum dalam Al-Qurâan. Tafsir ini juga merupakan tafsir yang banyak diterima oleh hampir semua mufassir. Contoh kitabnya yaitu ahkam alqurâan karya ibnu farabi & al-jamiâ & irsyadul faqih karangan ibnu katsir. Corak Ilmiah Corak ini muncul akibat kemajuan ilmu sains dan teknologi. Sehingga banyak munculnya berbagai usaha penafsiran alqurâan yang sejalan dengan perkembangan ilmu yang terjadi. Di samping itu corak ini juga memiliki peran untuk mendorong kemajuan ilmu teknologi dan sains yang digeluti banyak manusia. Contoh kitabnya yaitu tafsir al-jawahir karya tantawi jauhari
Skripsiini berjudul: "METODE DAN CORAK TAFSIR ALBAIDHAWI (Sebuah Analisis Terhadap Tafsir AnwÄr al-Tanzil wa AsrÄr alTa'wil)" Kajian tafsir terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Untuk menghasilkan pemahaman yang lebih utuh dan komprehensif tentunya diperlukan suatu metode atau cara tertentu dalam menafsirkan al-Quran.
Abstract Muhammad Quraish Shihab dalam kajian tajsir al-Qur'an di Indonesia saat ini merupakan sosok yang fenomenal. Beliau merupakan salah seorang ulama terkemuka Indonesia yang mengkhususkan diri pada kajian ilmu-ilmu al-Qur'an dan tafsir. Danri tangannya telah lahir puluhan artikel, buku, yang semuanya bersentuhan dengan kajian al-Qur' satu gagasannya yang cukup brilian adalah pengembangan metode tafsir maudhu'i dalam kajian tafsir al-Qur'an, sebuah metode yang tergolong baru dimana sebelumnya ulama-ulama tafsir dalam kajian al-Qur'an lebih banyak menggunakan metode tahlili. Quraish dengan kepiawaiannya berusaha mengembangkan metode tersebut dan secara apik ia aplikasikan dalam bukunya "Wawasan al-Qur'an Metode maudhu'i atas pelbagai persoalan umat".Buku ini berisi bimbingan normatif teologis yang diperuntukan bagi pembaca untuk bisa berdialog dan berkonsultasi dengan al-Qur'an sesuai dengan problem dan kebutuhannya. Dengan bahasa kiasan Quraish Shihab dalam buku ini ingin menjamu tamu-tamunya dengan sederet kotak makanan yang masingÂmasing sudah ada jenis masakannya agar sang tamu lebih mudah dan lebih cepat untuk mencicipi dan menyantapnya. Inilah yang olehnya merupakan gambaran dari metode tafsir maudhu'i.
MengutipHikmah dalam Tafsir Ibnu Katsir (2020: 48), Ibnu Katsir yang dilahirkan pada 701 H merupakan pakar terkemuka dalam bidang ilmu tafsir, ilmu hadis, sejarah, dan fikih. Beliau berguru pada Burhanuddin al-Fazari, seorang ulama terkemuka dalam Mazhab Syafi'i. Oleh sebab itu keilmuannya tidak diragukan lagi.
Tipologi Kajian Tafsir Metode, Pendekatan dan Corak dalam Mitra Penafsiran al-QurâanTipologi Kajian Tafsir Metode, Pendekatan dan Corak dalam Mitra Penafsiran al-QurâanTulisan ini mengkaji tentang metode, pendekatan dan corak tafsir Alquran. Adapun metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode deskriptif-kualitatif. Tujuan tulisan ini adalah untuk mengetahui makna-makna dari metode, pendekatan dan corak ketika hendak melakukan penelitian tafsir, untuk mengupas tentang metode, pendekatan dan corak dalam tafsir Alquran. Dari pembahasan dalam tulisan ini, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pertama, metode tafsir adalah suatu cara, langkah-langkah ataupun kerangka yang harus ditempuh ketika melakukan penafsiran Alquran, sehingga dalam hal ini terdapat beberapa metode penafsiran Alquran, yaitu; metode tafsir tahlili, ijmali, muqaran, maudhuâiy dan hermeneutika. Kedua; pendekatan tafsir adalah sudut pandang dari prosesnya tafsir dan dari pendekatan itu akan membuahkan corak, sehingga antara pendekatan dan corak tafsir itu saling keterkaitan antara keduanya. Adapun pendekatan dalam tafsir adalah pendekatan tekstual, kontekstual, bahasa, histor...
Sistematikakitab tafsir al baidhawi adalah menafsirkan dengan mengikuti urutan urutan ayat dan surat yang telah ada dalam al qur'an. Corak pendirian/paham Al Baidhawi dalam tafsirnya adalah - Di bidang aqidah, beliau menganut corak ahli sunnah wal jama'ah. - Di bidang fiqih, Al baidhawi bercorak madzhab Imam As Syafi'i. Statistic
IllustrasiTafsir. Foto: Adobe Stock. 1. Tafsir bil Ma'tsur/Tafsir Riwayah. Ini adalah metode menafsirkan Alquran dengan Alquran, hadits, atau perkataan para sahabat. Alasannya, para sahabat mendengar penjelasan langsung dari Rasulullah SAW dan merupakan saksi atas turunnya ayat-ayat Alquran.
MetodeMaudlu'I (tematik/menafsirkan al-Quran dengan mengumpulkan ayat yang dianggap berada dalam satu tema). Contoh penafsiran dengan metode ini dapat dilihat di pelbagai jurnal ilmiah. Biasanya, tafsir metode tematik memiliki judul khas misalnya, "Besi dalam al-Quran", "Perempuan dalam al-Quran", dan lain sebagainya.
Berdasarkanhal f 2 itu salah satu ulama tafsir yakni Abd al-Hayy al-Farmawi menyebutkan bahwa ada empat macam metode dalam tafsir Al-Qur'an. Sedangkan corak penafsiran berdasarkaan isi ayat Al-Qur'an, dapat ditemukan beberapa corak penafsiran yaitu diantaranya seperti tafsir falsafi, tarbawi, akhlaqi, dls.
mjrr0. uox6mknl1l.pages.dev/244uox6mknl1l.pages.dev/209uox6mknl1l.pages.dev/245uox6mknl1l.pages.dev/351uox6mknl1l.pages.dev/271uox6mknl1l.pages.dev/20uox6mknl1l.pages.dev/117uox6mknl1l.pages.dev/38uox6mknl1l.pages.dev/167
metode dan corak tafsir